Desain Arsitektur Minimalis, Etnik atau Klasik?
- rumahideseri
- Dec 10, 2014
- 2 min read
Beragam desain ditawarkan untuk menjawab selera dan keinginan konsumen akan sebuah hunian. Bagi penyuka rancangan yang simple dan bersih, desain minimalis tentu menjadi pilihan utama. Jika ukiran maupun nuansa natural yang kental membuat Anda mabuk kepayang, tetapkan pilihan pada hunian bergaya etnik. Namun jika tampilan pilar besar yang kaya akan elemen dekoratif menyita perhatian Anda, lupakan desain minimalis dan etnik. Segeralah mengunci hati Anda untuk sebuah hunian bergaya klasik yang elegan.
Pada dasarnya, arsitektur minimalis mengedepankan segala sesuatu yang tampil tanpa adanya elemen dekoratif dengan jargon “Less is more”. Minimnya dekorasi nan cantik itu bukanlah tanpa sebab. Lahir pada awal abad ke-20 dimana revolusi industri terjadi, beragam material dan konstruksi baru mulai ditemukan. Struktur baja, pengecoran beton serta kaca yang merupakan penemuan terkini pada saat itu, mulai dipergunakan dalam rancangan arsitektur minimalis. Bentuk kotak ataupun persegi panjang pun dianggap sebagai bentukan yang paling efisien untuk mewadahi aktifitas manusia.
Berbeda dengan arsitektur minimalis, arsitektur etnik mengakar dari budaya dan filosofi yang ada di suatu tempat. Bukan hanya itu, pandangan hidup, local wisdom, kepercayaan, kondisi alam serta simbol-simbol yang digunakan menjadi pegangan dalam merancangan sebuah arsitektur etnik. Berbekal pemahaman yang mendalam mengenai alam, desain etnik menjadi sangat membumi. Rumah panggung misalnya, rancangan yang terlihat “ndeso” ini ternyata memiliki segudang nilai lebih. Elevasi bangunan yang berada jauh di atas tanah dapat melindungi penghuni dari banjir, bahaya bintanag buas serta lebih tanggap terhadap gempa bumi.
Seperti halnya kedua desain arsitektur di atas, arsitektur klasik pun membawa sejarahnya tersendiri. Arsitektur ini mengacu pada zaman klasik Yunani dan Romawi. Detil-detil yang spesifik dan sempurna menjadi salah satu ciri khas rancangan ini. Tampilannya yang elegan, anggun dan megah digadang-gadang sebagai tolak ukur “kelas” seseorang. Pilar besar, lengkung arch yang terdapat di atas pintu serta atap kubah pun menjadi karakter yang tidak dapat terpisahkan.
Itulah tiga desain arsitektur yang dari zaman dahulu hingga kini masih berdengung di penjuru Indonesia. Kemana pilihan akan dijatuhkan tentu bergantung pada selera dan karakter Anda. Desain hunian yang paling mewakili persona sudah pasti akan nyaman ditinggali.
Comments